SIDRAP, MENIT7.COM — Proyek jalan rabat beton di Desa Tanete, Kecamatan Maritengngae, Kabupaten Sidrap, yang dibangun menggunakan Dana APBD Tahun 2023 , Juli – Agustus lalu, kini memunculkan kekecewaan di kalangan masyarakat pengguna jalan. Jalan yang seharusnya menjadi penopang mobilitas warga itu, ternyata sudah rusak, meski belum genap satu tahun sejak pembangunannya.
Informasi yang dihimpun dari masyarakat Senin, 18 Nobember 2024 menyebutkan, pengerjaan jalan rabat beton yang berlokasi di Jalan RH Mustamin, Desa Tanete, Kec. Maritengngae, Kabupaten Sidenreng Rappang itu, sudah dilakukan sejak Juli – Agustus 2023 lalu, dengan panjang sekitar 100 Meter.
Proyek rabat beton tersebut di Binamarga (jalan) pada Dinas Pekerjaan Umum, yang menggunakan dana APBD tahun 2023, senilai Rp229.500.000,-.
Di bawah terik matahari yang menyengat, jejak-jejak kehancuran jalan rabat beton itu jelas terlihat. Runtuhan beton yang retak dan terkelupas menimbulkan ketidaknyamanan bagi siapa saja yang melintas. Warga setempat, yang sejak awal menaruh harapan besar pada proyek ini, kini hanya bisa mengeluh dan meratapi nasib.
“Kami menduga ada permainan oleh oknum dan diduga asal jadi. Belum sampai satu tahun usia jalan ini, sekarang sudah hancur,” ujar Ashari, seorang warga dengan nada getir. Kekecewaan dan kemarahan jelas tergambar di wajahnya.
Menurut Ashari, harapan warga di Desa Tanete terhadap jalan rabat beton ini sangat sederhana, jalan yang tahan lama dan mempermudah akses mereka. Namun, kenyataan berbicara lain. Infrastruktur yang diidam-idamkan kini justru menjadi simbol dari proyek gagal yang menguras anggaran tanpa memberikan manfaat sesuai harapan.
Investigasi yang dilakukan di lapangan mengungkapkan dugaan kuat bahwa proyek ini tidak sesuai dengan standar Rencana Anggaran Biaya (RAB). Bahkan, beberapa sumber mencurigai adanya kegagalan dalam perencanaan awal. Dari pantauan media, kondisi jalan ini, sangat jelas bahwa ada yang tidak beres sejak awal. Ini bukan hanya masalah kualitas bahan, tapi juga diduga karena perencanaan dan pengawasan yang lemah.
Pasalnya, pekerjaan tidak mengutamakan kualitas dan daya tahan jalan rabat beton. Terbukti, banyak mengalami retakan pada permukaan beton, berlubang, bahkan terkelupas sehingga memunculkan debu di sekitar jalan. Permukaan beton yang tidak rata, juga memungkinkan munculnya genangan air.
“Jalan ini seharusnya menjadi penghubung yang memudahkan kehidupan sehari-hari kami, bukan malah menjadi beban. Apalagi, di dalam ada layanan Poskesdes,” timpal Ashari, dengan nada penuh harap.
Desakan audit tidak hanya datang dari warga, tetapi juga dari berbagai elemen masyarakat yang peduli terhadap transparansi dan akuntabilitas penggunaan anggaran daerah. Mereka berharap, audit yang transparan dan menyeluruh bisa memberikan keadilan bagi warga dan mencegah kejadian serupa di masa depan.
Dinas terkait, yang diharapkan segera turun tangan, diharapkan tidak hanya mengaudit, tetapi juga memberikan rekomendasi langkah-langkah perbaikan yang konkret. “Kita tidak bisa terus menerus membiarkan uang rakyat digunakan untuk proyek-proyek yang tidak berkualitas. Harus ada perubahan nyata dalam cara kita mengelola dan mengawasi pembangunan di desa-desa,” tandas seorang aktivis lokal. (*/iam)