Maros, Menit7.co.id — Bantimurung. Nama yang tak asing lagi di telinga masyarakat Sulawesi Selatan. Terkhusus di pelosok Nusantara. Bahkan, nama Bantimurung telah mendunia. Bukan tanpa sebab. Karena Bantimurung dikenal luas dalam sejarah peradaban manusia dan memiliki kawasan alam yang menakjubkan. Semisal, dalam kawasan wisata alam Bantimurung terdapat air terjun. Panorama alamnya indah dan hawanya yang sejuk.
Mendunia, karena di dalam kawasan wisata Taman Nasional alam Bantimurung Bulusaraung terdapat penangkaran ratusan, bahkan ribuan jenis kupu-kupu. Tak salah, jika salah seorang peneliti dari Belanda, Alfred Wallace (1857) memberi julukan ‘ The Kingdom Butterfly” yang sekaligus jadi wahana pendidikan konveksi bagi masyarakat umum. Sehingga, wisata alam Bantimurung yang terletak di Kelurahan Kalabbirang, Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros merupakan salah satu destinasi wisata yang masih favorit sampai saat ini.
Kalau kita berkunjung ke wisata alam Bantimurung, saat akan memasuki pintu gerbang, mata kita dimanjakan dengan pemandangan patung monyet raksasa (Towakala) dan Kupu-kupu. Menggambarkan bahwa di kawasan alam Bantimurung terdapat spesifik ragam satwa.
Menjelang Minggu ceria yang merupakan tradisi tahunan menyambut bulan suci Ramadhan, masyarakat Sulawesi Selatan, terkhusus warga masyarakat Kabupaten Maros tentu punya pilihan. Tidak hanya Bantimurung. Kabupaten Maros yang “kaya” dengan destinasi wisata dan beberapa kawasan wisata yang menakjubkan.
.
Sebutlah, Kawasan Prasejarah Leang-leang. Kawasan Wisata Pattunuang, Kawasan Gua Vertikal Leang Puteh, Kawasan Wisata Pegunungan Bulusaraung, Kawasan Pengamatan Satwa Liar di desa Labuaja, Kecamatan Cenrana dan Rammang, Rammang, serta Pantai Dusun Kuri Caddi, Desa Nisombalia, Kecamatan Marusu, salah satu destinasi wisata pantai yang secara geografis letaknya berada di bibir pantai Selat Makassar, Sulawesi Selatan.
Dari sejumlah kawasan destinasi wisata di Maros, masing-masing memiliki keunikan tersendiri.
Kawasan Prasejarah Leang-leang, misalnya, menawarkan wisata sejarah budaya peradaban manusia purba. Di Kawasan ini, kita bisa menelusuri tapak kehidupan manusia zaman prasejarah. Terdapat lukisan tangan manusia dan babi rusa yang terpampang di dinding gua serta beragam artefak di daerah ini. Tak kalah menariknya, gugusan tebing batu khas menjulang, membentuk panorama khas dinding karst.
Kawasan Wisata Pattunuang menyuguhkan beragam jenis tumbuhan dan satwa liar di habitat aslinya. Seperti Primata langka, Tarsius Fuscus, Soa-soa dan puluhan jenis burung dan ada pula “Biseang Labboro” di Kawasan Pengamatan Satwa Karaenta di Desa Labuaja, Kecamatan Cenrana serta Kawasan Wisata Pegunungan Bulusaraung.
Beberapa wisatawan lokal kepada Menit7.co.id mengatakan, sejak zaman prasejarah wisata Bantimurung sampai saat ini sudah dikenal. Dan, masih menjadi favorit untuk destinasi wisata. Hadi Sutrisno dari Kota Makassar, misalnya, merasa takjub dengan panorama alam Bantimurung. Tidak hanya dengan air terjun yang menarik perhatian wisatawan, tapi lebih dari itu ada penangkaran ratusan jenis kupu-kupu. Sehingga kita seakan-akan berada di alam (kebun) yang luas ditemani kupu-kupu warna-warni yang menari-nari, beterbangan ke sana- ke mari. “Kenapa saya pilih Bantimurung, karena keasriannya masih terjaga. Dan, saya anggap wisata alam Bantimurung masih favorit untuk dikunjungi,” ujar Hadi.
Sementara Farida, warga Kecamatan Turikale, Maros ini menilai bahwa Bantimurung masih tetap menjadi Primadona untuk destinasi wisata di Sulawesi Selatan. Farida mengaku, banyak tempat wisata yang menjadi pilihan, tetapi wisata alam Bantimurung tetap menjadi pilihan untuk destinasi wisata. ” Ini terlihat menjelang Minggu ceria menyambut bulan suci Ramadhan. Wisatawan membludak.
“Tidak salah, kalau Pemerintah Kabupaten Maros dalam hal ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Pemuda dan Olahraga, mengajak masyarakat Sulawesi Selatan , ” Ayo ke Maros”. Karena semua obyek wisata ada di Kabupaten Maros,” himbunya. Jadi