Oleh : Nina Kurnia Dewi
Menit7.co.id — Ilmu dan teknologi pangan merupakan salah satu bidang ilmu yang mempelajari terkait
pangan yang merupakan kebutuhan mendasar manusia. Ilmu ini mencakup segala aspek baik dari
segi biologi, kimiawi dan fisik dalam pemrosesan bahan baku hingga menjadi produk yang dapat
langsung dikonsumsi maupun produk setengah jadi. Bidang ilmu dan teknologi pangan dipelopori
oleh para penemu teknologi pengolahan seperti Nicolas Appert yang menemukan metode pengawetan makanan melalui proses pengalengan, Louis Pasteur yang menemukan metode
pembunuhan mikroorganisme pathogen melalui proses pasteurisasi dan masih banyak para
ilmuwan lain yang mempelopori perkembangan ilmu dan teknologi pangan.
Sama seperti Louise Pasteur dan para ilmuwan lain, orang-orang yang berkecimpung
di bidang ilmu dan teknologi pangan memiliki peran yang penting dalam perkembangan teknologi
pangan dan segala hal yang berkaitan dengan ketahanan pangan dunia 5 hingga 10 tahun mendatang.
Ketahanan pangan perlu dijaga untuk menghadapi segala kemungkinan yang dapat terjadi seperti bencana alam, konflik dan perubahan iklim yang akan berdampak pada krisis pangan.
Saat ini terdapat 22 Negara yang menghentikan ekspor komoditas pertaniannya untuk menjaga ketahanan pangan dalam negeri. Hal ini berdampak pada harga komoditas pertanian dunia.
Berdasarkan data Food and Agriculture Organization (FAO) komoditas biji-bijian dunia mengalami kenaikan harga hingga 17,1%.
Indonesia merupakan salah satu Negara yang perlu
mewaspadai ancaman krisis global ditengah ketegangan geopolitik dunia yang terjadi saat ini.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat dalam sejak tahun 2016 hingga 2020 Indonesia masih melakukan impor komoditas jagung dan beras.
Tingginya impor komoditas pertanian Indonesia
akan berdampak pada ketahan pangan kedepannya. Selain itu, penghentian ekspor oleh Negara lain
akan menyebabkan inflasi.
Hal lain yang dapat menganggu stabilitas pangan yaitu food waste dan food loss yang
terbilang cukup tinggi di Indonesia. Berdasarkan data United Nations Environment Programme
(UNEP) Indonesia menjadi penyumbang sampah makanan terbesar di Asia Tenggara yang mencapai 20,93 juta ton per tahunnya.
Food loss merupakan sampah makanan mentah yang sudah tidak dapat diolah. Kerusakan
akibat food loss dapat terjadi pada tahap pascapanen, produksi maupun distribusi dalam rantai pasok makanan sehingga tidak dapat diolah maupun dikonsumsi. Food waste merupakan sampah
makanan yang telah diolah atau siap santap namun tidak dikonsumsi.
Umumnya food waste dapat
ditemukan dari makanan sisa ataupun produk makanan yang telah mengalami kadaluarsa.
Ikut berperan dalam mencegah masalah krisis pangan dan menjaga stabilitas ketahanan
pangan merupakan suatu hal yang harus dilakukan sebagai seorang yang menekuni bidang ilmu
dan teknologi pangan.
Keikutsertaan tersebut dapat dilakukan dengan pengembangan ilmu dan Syarat terpenuhinya ketahanan pangan yaitu terpenuhinya ketersediaan pangan dan persyaratan gizi untuk seluruh masyarakat Indonesia. Terkait masalah tersebut, riset yang dapat
dilakukan oleh orang-orang teknologi pangan yaitu dengan menciptakan produk baru maupun melakukan pengembangan produk yang mampu bertahan lama dan memiliki nilai gizi yang tinggi dengan tetap memanfaatkan bahan baku lokal. Selain itu, pengembangan UMKM juga diperlukan untuk tetap menjaga stabilitas ekonomi masyarakat maupun negara.
Pengembangan UMKM dapat dilakukan dengan memberikan sosialisasi maupun menfasilitasi para pelaku UMKM dalam pengembangan produk hasil pertanian lokal sehingga mampu mengurangi produk-produk impor.
Penerapan good agriculture processing (GAP), good handling processing (GHP) dan good distribution processing (GDP) merupakan pedoman yang dapat dilakukan untuk penanganan food
loss. Sosialisasi dan peningkatan teknologi budidaya juga diperlukan untuk mendukung penanganan food loss khususnya pada petani kecil.
Pada tingkat masyarakat penanganan food waste dan food loss dapat dilakukan dengan memberikan edukasi terkait pengelolaan makanan. Merencanakan menu makanan selama
beberapa waktu dan melakukan teknik penyimpanan yang sesuai dengan jenis pangan dapat
meminimalisir kerusakan pangan akibat penyimpanan sehingga food loss dalam skala rumah tangga dapat dikurangi.
Merencanakan porsi makanan yang bijak juga dapat dilakukan untuk
mengurangi food waste sehingga tidak menyebabkan sisa makanan. Selain itu pengembangan
kemasan produk pangan dapat dilakukan untuk menghindari kerusakan pangan yang akan berakhir
pada food loss maupun food waste.
Penerapan ilmu dan teknologi pangan tidak hanya terbatas pada ranah riset saja namun juga
dapat dilakukan dengan terjun langsung ke masyarakat untuk memberikan pemahaman mengenai potensi pangan lokal dalam meningkatkan ekonomi daerah dan menjaga stabilitas pangan,
berperan dalam industri pangan serta menjadi akademisi yang membentuk dan menemukan calon-
calon food scientist di masa selanjutnya merupakan sebuah kontribusi untuk menjaga ketahanan pangan. (*)