Jakarta, Menit7.com — Masyarakat bangsa Indonesia geger, tiba-tiba Menteri ESDM Bahlil Lahadalia mengeluarkan aturan, bukan kebijaksanaan, karena jelas tidak bijaksana, tabung gas elpiji 3 kg tidak dijual lagi di pengecer, tapi harus beli di pangkalan.
Niatnya dalam rangka perbaikan distribusi gas Pertamina, tepat sasar subyek subsidi, dan fluktuasi harga di masyarakat bisa diseragamkan. Asli dari Pemerintah Rp12.750, masuk ke agen Rp 14.500, di Pangkalan harga menjadi Rp16.000 dan di pengecer sudah dipatok dengan harga gila-gilaan Rp19.000- Rp22.000/tabung.
Akibat tindakan menteri Lahadalia ini, protes masyarakat marak di penjuru Tanah Air, mereka mengumpat pemerintahan ini menyusahkan masyarakat.
Masyarakat antri seperti ular-ular berteriak menghujat Bahlil dan Pertamina. Ada kelompok masyarakat yang menjejerkan tabung elpiji baca tahlil dan sholawat, ini pasti jamaah NU.
Anggota DPR RI Ratna Juwita dari Fraksi PKB dkk berteriak kesetanan, meminta Bahlil dan Pertamina tanggap atas kegaduhan yang mereka timbulkan. Aku sendiri menulis untuk urusan seperti ini sebaiknya teman-teman lapor ke pak Prof. Dasco Sufmi Ahmad, the real gentlemen of the Prabowo administration.
Dan benar saja, besoknya, Pak Daco mengumumkan bahwa “Pak Prabowo meminta agar Bahlil mencabut larangan penjualan gas melon 3 kg di pengecer”. Biarlah Situasi kembali tenang. Menunggu geger-geger berikutnya.
Kalau diteliti, memang timbulnya singkaruk soal elpiji 3 kg karena akan diberlakukan tanpa kajian yang cermat. Mestinya mereka membuat roadmapnya, susun rantai pasoknya, sosialisasi tatacara pembuatan dan pengurusan izin pengecer, tindakan sidak berkala dan lakukan pendampingan ke pengecer. Kalau pengecer yang dianggap rantai penyebab onar, menumpuk dan mengambil keuntungan dari distribusi gas melon dimaksud. (**)